Kau masih
ingat 7 tahun lalu? Pertemuan pertama kita di gedung sekolah. Saat itu
semua yang kita lakukan tak pernah ada artinya, tak pernah pula menjadi
pembicaraan kita kala bertemu.
Memang ku akui, pernah diam diam aku jatuh hati pada mu, pada lengkungan di pipimu dan sampai hari ini aku masih merindukan lengkungan itu.
Teman, rasanya agak aneh saatku sapa kamu dengan hay teman karna kita memang bukan seperti teman. Mungkin kamu sendiri juga akan merasa lucu mendengar itu.
Kasihku, bisakah aku sapa kamu dengan begini? Perasaanku sangat lega jika kamu juga menyapa ku begitu. Kekasih, kamu masih ingat setahun lalu aku selalu menyebutmu seperti hujan hingga saat ini pun masih sama, kamu masih seperti hujan. Dengan sikap dingin kamu sering menyapaku diam-diam.
Mungkin hanya disini aku berani menuangkan kata demi kata yang mungkin lebih baik jika kamu dengar, bukan untuk merubah keadaan tapi biar kamu tahu aku masih bingung menamaimu apa. Aku ingin kamu tahu bukan untuk kamu mengerti.
Jika kamu bilang aku tidak bisa move on dari mu, aku tak bisa menjawabnya. Tak lagi terpikir untuk berhubungan lebih dari teman, aku menulis ini hanya ingin membuatmu …
Hei kamu, lelaki bulan maret.
Ketika gerimis, sering kali aku mengirimkan surat rindu melalui angin kepada hujan agar jatuh tepat membasahi tubuhmu.
Tahukah kamu, semalam ku katakan pada adikku hari ini akan hujan dan benar saja, sore ini hujan turun. Membasahi tanah dan mengurangi kabut di kotaku. Bagaimana di kotamu? Apa disana hujan?
Ah, ingin sekali ku ulang saat kita berteduh dibawah pohon, kamu kebasahan, aku juga. Sebenarnya aku takut kamu kehujanan, aku takut kalau malariamu bertamu.
Lelaki enam belas maret, ketika aku tak mampu langsung ucapkan selamat ulang tahun maka tulisan ini akan menjadi penyambung lidah.
Saat kamu pinta kado, kurasa kamu lebih butuh doa karna saat ini kamu sudah punya segalanya. Bahkan kamu punya pekerjaan yang menyenangkan, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa dan aku, aku hanya seseorang dari masa lalu mu.
Sayangku, sayang sekali kata ini hanya sampai di ujung penaku. Sayang, aku teringat beberapa tahun lalu saat aku menemanimu merayakan hari kelahiranmu, tak banyak yang bisa kulakukan tapi ketahuilah mungkin aku tak akan pernah lupa pertemuan-pertemuan kita.
Semua begitu jelas di ingatanku.
Pandan, 16 Maret 2014
*Tulisan ini untuk lelaki bulan maret.
Memang ku akui, pernah diam diam aku jatuh hati pada mu, pada lengkungan di pipimu dan sampai hari ini aku masih merindukan lengkungan itu.
Teman, rasanya agak aneh saatku sapa kamu dengan hay teman karna kita memang bukan seperti teman. Mungkin kamu sendiri juga akan merasa lucu mendengar itu.
Kasihku, bisakah aku sapa kamu dengan begini? Perasaanku sangat lega jika kamu juga menyapa ku begitu. Kekasih, kamu masih ingat setahun lalu aku selalu menyebutmu seperti hujan hingga saat ini pun masih sama, kamu masih seperti hujan. Dengan sikap dingin kamu sering menyapaku diam-diam.
Mungkin hanya disini aku berani menuangkan kata demi kata yang mungkin lebih baik jika kamu dengar, bukan untuk merubah keadaan tapi biar kamu tahu aku masih bingung menamaimu apa. Aku ingin kamu tahu bukan untuk kamu mengerti.
Jika kamu bilang aku tidak bisa move on dari mu, aku tak bisa menjawabnya. Tak lagi terpikir untuk berhubungan lebih dari teman, aku menulis ini hanya ingin membuatmu …
Hei kamu, lelaki bulan maret.
Ketika gerimis, sering kali aku mengirimkan surat rindu melalui angin kepada hujan agar jatuh tepat membasahi tubuhmu.
Tahukah kamu, semalam ku katakan pada adikku hari ini akan hujan dan benar saja, sore ini hujan turun. Membasahi tanah dan mengurangi kabut di kotaku. Bagaimana di kotamu? Apa disana hujan?
Ah, ingin sekali ku ulang saat kita berteduh dibawah pohon, kamu kebasahan, aku juga. Sebenarnya aku takut kamu kehujanan, aku takut kalau malariamu bertamu.
Lelaki enam belas maret, ketika aku tak mampu langsung ucapkan selamat ulang tahun maka tulisan ini akan menjadi penyambung lidah.
Saat kamu pinta kado, kurasa kamu lebih butuh doa karna saat ini kamu sudah punya segalanya. Bahkan kamu punya pekerjaan yang menyenangkan, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa dan aku, aku hanya seseorang dari masa lalu mu.
Sayangku, sayang sekali kata ini hanya sampai di ujung penaku. Sayang, aku teringat beberapa tahun lalu saat aku menemanimu merayakan hari kelahiranmu, tak banyak yang bisa kulakukan tapi ketahuilah mungkin aku tak akan pernah lupa pertemuan-pertemuan kita.
Semua begitu jelas di ingatanku.
Pandan, 16 Maret 2014
*Tulisan ini untuk lelaki bulan maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar