Aku
terlahir dari keluarga sederhana, kedua orangtuaku tak pernah mengajarkan ku
untuk hidup mewah dan belajar kaya. Kami Selalu diajar untuk belajar mandiri,
dan sabar.
Hingga
pada diakhir pengajaran itu, aku harus diuji oleh Tuhan. Allah SWT.
Atas
semua ilmu sabar kedua orang tuaku. Ya, perceraian itu bukan saja telah
menghancurkan mimpi kecilku, keluargaku tapi juga sedikit menggusik gangguan
mentalku.
Sabar
? yaa Cuma itu yang ku punya. Punya ilmu sabar.
Sejak
SD kelas 1 sampai kelas 5 aku diasuh oleh nenek dan Orang tuaku tinggal di luar
kota. Sejak kecil aku sudah belajar mandiri tanpa orangtua, aku mendapat beasiswa
setiap tahunnya, ayah dan ibu hanya mengirim jajan sekolah
dan biaya saat lebaran tiba. Bertemu mereka pun hanya setahun sekali, bahkan
mungkin 2 tahun sekali.
Naik
kelas 6 orang tuaku kembali, aku tinggal
bersama mereka dan kedua adik ku, merasakan punya keluarga seperti teman
teman sebayaku , bahagia penuh suka duka. Sebuah perselisihan diantara orang
orang dewasa , ayah-ibu-nenek-dan saudara ibu. Ntah apa yang terjadi , aku
masih sangat sulit mengerti dan harus keluar dari rumah ini, tempat kelahiranku
dan tempat aku besar , meninggalkan nenek, perpisahan itu berlangsung lebih
dari 3 tahun. Dan apa yang bisa kulakukan ? aku hanya bocah ingusan yang tak
bisa berbuat apa apa. Jika sedih menangis dan jika senang tertawa. Itu
kehidupanku. Aku tak tahu mengapa bisa begini, berada dalam keluarga yang
rumit.
Kami
hanya tinggal di sebuah ruangan , istana kecilku, bilik kecilku kamar yang
hanya berukuran 3x4 kami tinggali selama 3 tahun di sebuah rumah besar. Disini,
seorang Ayah membangun sebuah keluarga baru kami. Penuh dengan hinaan dari
banyak saudara, sindiran, dan semua cobaan yang membuat aku dan adik adikku
semakin kuat. Pelajaran hidup yang sangat berharga yang tak mungkin ku dapat
dari sekolah manapun. Ayah dan Ibu mulai
berusaha bekerja sebagai wirausaha tepatnya berjualan sepatu dan sandal di
sebuah kios kecil seukuran kamar kami, di pasar impress tak jauh dari rumah. Dari
sini semua berawal dari sini kehidupan kami, merintisnya mulai dari nol , Aku
Ayah Ibu dan kedua adikku. Tak mudah sampai pada tahan ini, hingga penghasilan
dari kios itu bisa membawa kami pindah dari bilik kecil di sebuah loteng besar
di rumah ini. Kami pindah saat aku duduk di bangku 3 SMP.
Yaa
Allah , semoga rumah baru ini adalah rezeki baru untuk kami, terimakasih untuk
semua nikmatmu ya Allah. Puji syukur dengan segala nikmat dan rezeki tak sampai
1 tahun kami pindah rumah lagi dan pindah kiosk e tempat yang lebih baik .
Sebuah toko di pinggir jalan tepat di depan Pasar Impres. Aku sangat bahagia,
dulunya dari kios kecil sekarang bisa sebesar ini. Aku mulai belajar berjualan
dari ayah lalu ibu pun menambahi dan mengasah kemampuan kami. Aku dan Adikku
perempuan mulai belajar menbantu perekonomian . Hanya ini harta kami, lembaran
kain dan patung patung plastic sebagai penghias di toko ini.
Setahun
berlalu, terlihat kemajuan pesat untuk usaha kami.Dari sini kami dapat rezeki
lagi dari Allah, Alhamdulillah dari sebuah bilik kecil lalu kontrakan dan
sekarang Ibu dan Ayah mampu memberikan rumah nyaman kecil dan sederhana punya
kami. Semakin bahagian keluarga kami, lengkap ku rasa kebahagiaan ini,
keakraban yang hanya kami bangun dari hal hal sederhana. Semakin tinggi pohon
semakin kuat angin yang menerpa, begitu pepatah dulu, harga kios melambung tinggi
tak sesuai dengan penghasilan yang kami dapat dan Ibu harus memilih pindah,
kami di usir dari tempat ini. Ibu menjual rumah dan berusaha untuk berfikir
kedepannya. Menguatkan segala hati dan fikiran kesatu tujuan. Membeli rumah
seharga 400 juta, sunggu kami tak mampu ya Allah, hanya engkau yang tahu kami,
hanya engkau yang bisa membantu kami. Ibu dan Ayah berusaha keras mencari
pinjaman kesana kemari, menambahi uang rumah dan ibu akhirnya membeli rumah
itu, meski dengan bantuan pihak bank. Terimakasih ya allah. Sekarang punya toko
besar dan rumah besar.
Dan
masalah besar. Aku mulai beranjak naik ke kelas 3 SMK. Kehidupan yang sangat
indah meski kami harus putar otak bagaimana membayar semua hutang di bank
selama 10 tahun ini. Ini deposito kata ibu, masa depan untuk kami anaknya. Ibu
memang luar biasa, ia berani mengambil resiko. Ibu hanya tamatan SMA tapi
pemikiran dan kekuatannya melebihi sarjana . Ibu ku wanita kuat titipan Allah
buat kami jaga dan kami cintai.
Aku
tak tahu bagaimana memulai ceritanya, hingga hari hari buruk mulai menerpa
kami, kekacauan, dan kehancuran keluarga kecilku, pertengkaran setiap hari,
emosi di setiap sudut rumah. Aku tak pernah menginginkan ini, aku bahagia
dengan bilik kecilku, dan aku sungguh sangat membenci kamar baruku kamar tempat
aku menangis dan hatiku berteriak pedih, kamar besar di rumah besar ini. Aku
rela Engkau ambil ini semua yaa Allah , tapi kembalikan keluarga kecilku,
kembalikan Ayah dan Ibuku, aku hanya ini kebahagiaan kecil , rezeki kecil yang
dapat kami nikmati dengan sederhana.
Hingga
aku merasakan menjadi anak Brokenhome, mereka benar bercerai. Aku ibu kedua
adikku dan ayah, kini tinggal kenangan. Hanya airmata yang dapat menggambarkan
rasa nya. Ada yang pernah tahu bagaimana perjuangan kami sampai sini jawabnya
tak pernah ada pada manusia manapun, hanya Allah yang punya jawaban dari setiap
masalah manusia dan alamnya. Aku tak
mengerti dan tak akan pernah mau mengrti alasan mereka bercerai tapi aku harus
menerimanya. Menerima dengan sabar, kembali pada ilmu sabar yang di wariskan
Ayah . Airmata yang di wariskan ibu kami. Itu lah yang kami punya, rasa sedih
dan kecewa yang tak bisa terbaca siapapun tak bisa di lukiskan dengan tinta
apapun, hingga warna hitam sekalipun tak bisa menyamai rasa pedih itu.
Yaa
Allah kuatkan kami, jadikan kami manusia yang sabar, ikhlas atas setiap ujian
yang engkau berikan. Bissmillah.
Lulus
dengan nilai danem 7.5 menjadi peringkat kedua teringgi di SMK tempat ku
menimba ilmu. Dan pilihan tidak kuliah akhirnya ku terima setelah banyaknya
pertimbangan biaya, dan factor X yang akhirnya mengurungkan niatku untuk
melanjut kuliah dan memilih untuk tetap menbantu berjualan di toko ini dan kini
ibu membukan café kecil di pinggiran pandai. Sedangkan ayah? Entah dimana dia?
Berkelana kesana kemari, semoga Allah selalu melindungi Ayah di setiap
langkahnya dan memberikan kesehatan beserta rezeki halal untuk Ayah . Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar